Setelah puas dengan melumat bibirnya, kedua tangannya saya angkat, sehingga kedua ketiak berbulu lebat dan payudara milik budhe Asih terpampang dengan bebas.
”Auwww...mas Rais mo ngapain..?? Auwww...geliiii...mass...!! Kok, mas seneng banget ketek aku sih..?? kan bau asemm..sayang?? Auuwww...masss...kok di jilaaattt..??? Geliii...masss..!! Hhhhh.. enak..masss..!! Terusss...mas..!!” budhe Asih berteriak nikmat, saat dengan rakusnya, saya cium dan jilati ketiak berbulu lebat itu, kiri dan kanan berganti-ganti. Sensasi bau tubuh dan keringat wanita ini, mengingatkan saya kepada pembantuku si Iyem, sehingga semakin membangkitkan gairah birahi saya.
“Sayang...tetek..aku, juga di kerjain...dong..!! Jangan hanya keteek aku ajaa..!! Ayo...dong masss..!!” dia hanya bisa memohon karena kedua tangannya sedang terangkat.
pijat nikmat budhe Asih
Ting..tong.. ting..tong.. bel rumah saya
berbunyi “Spada...!! Mbak Idaaa...!! Mbaak...!!” terdengar seseorang
memanggil-manggil nama isteri saya.. Segera saya berlari keluar kamar tidur
Iyem dan mengintip siapa gerangan tamu isteri saya pagi-pagi begini. Saya intip
melalui jendela...Oooo.. ternyata Budhe Asih (begitu isteri saya memanggilnya)
tukang pijat langganan isteri saya. “Ngapain dia, pagi-pagi begini udah
datang ke rumah saya..??” saya bertanya dalam hati. “Mbaaakkk...!!
Spadaaaa...!!” suaranya kembali terdengar menyadarkan saya untuk harus
segera membuka pintu. “Yaaa....sebentar..!!” Segera saya mencari kunci
pintu pagar, membuka pintu samping dan berlari ke depan untuk membuka pintu
garasi dan pintu gerbang.
“Eh...mas
Rais..Pagi..mas..!!” suara riangnya menyambut saya saat saya membuka pintu
pagar. “Pagi budhe Asih..!, mari bu...lewaat pintu samping aja..ya?”
saya menjawab sambil berjalan masuk diikuti oleh sang terapis langganan isteri
saya. Memang tidak saya tanyakan, maksud kedatangannya pada saat itu, karena
saya pikir tidak sopan kalo menanyakan maksud kedatangan seseorang yang sudah
dianggap keluarga sendiri (setidak-tidaknya oleh isteri saya) ketika baru
ketemu. Dan selain itu, saya hanya mengenakan seragam tidur saya, yang terdiri
dari celana boxer kedodoran tanpa celana dalam dan baju kaos tipis yang juga
kedodoran. Tidak enak sama tetangga kalo ada yang melihat. Karena masuk lewat
pintu samping yang merupakan pintu dapur, setiba di dalam, budhe Asih saya
persilahkan duduk di ruang keluarga bukan di ruang tamu.
Sedikit
data tentang budhe Asih yang saya dengar cerita isteri saya. Usianya sudah
kepala 5, suaminya yang sekarang adalah seorang supir bis malam antar kota,
punya anak 3 orang dari suami pertama, dan 1 orang dari suami yang sekarang.
Senang diajak ngobrol alias cerewet, kalo ngomong suka ceplas ceplos sehingga
isteri saya sangat cocok. Dan yang terutama, pijatannya sangat enak. Semua itu
kata isteri saya, karena saya tidak terlalu dekat dengan dia dan saya tidak
pernah dipijat oleh dia. Pagi ini, dia memakai rok panjang, baju kaos dilapisi
semacam kemeja atau jaket lengan panjang. Dia menjadi tukang pijat langganan
isteri saya sudah cukup lama sampai saya sendiri lupa sejak kapan. dan seperti
sudah saya ceritakan, isteri saya yang sangat senang dipijat, merasa cocok
dengan pijatan ibu yang satu ini. Hampir tiap minggu, budhe Asih selalu muncul
di rumah untuk memijat isteri saya.
“Duduk
di sini aja..ya..bu!” kata saya sambil mempersilahkan dia duduk.
“Kok..sepi..mas??
Mbak Ida...masih tidur..?? Si Iyem manaaa.?? Lagi ke pasar ya..??” dia
mulai bernyanyi. Benar kata isteri saya, orangnya cerewet. Saya hanya tersenyum
melihat semua itu.
“Lho..kok malah senyum-senyum sih mas..?? Ada yang lucu
ya..?? Kalo ada yang lucu...ya..mas Rais ini lah yang lucu...! Ditanyain
kok..malah senyam-senyum sendiri..!! Ada..apa..sih..mas?” bait kedua
lagunya terdengar. Asliii..cerewet ibu ini.
“Emangnya, budhe Asih nggak
dikasih tau sama Ida kalo hari ini dia sama anak-anak ke Bandung. Ibunya ulang
tahun. Si Iyem diajak juga buat bantu-bantu nyiapin pesta..!” jawab saya.
“Oooo...gitu,
pantesan sepi. Mbak ida kok nggak ngomong-ngomong sama saya..ya..?? Biasanya
kalo hari Sabtu nggak bisa dipijat, dia kasih tau saya..kok!” dia keliatan
kaget dan kecewa.
“Eh...bu Asih mau minum apa..?? teh..?? kopi..??” kata
saya menawarkan minuman kepada dia sambil berjalan ke dapur.
“Nggak..usah
repot-repot..mas, saya biasa ngambil sendiri..kok. Eh..bentar, jadi mas Rais
cuman sendiri ya..?? Kok..nggak ikut ke Bandung..?? kan..mertuanya ulang
tahun..??” kata dia sambil berusaha mencegah saya ke dapur.
“Bukan nggak
ikut..bu, tapi nanti malam saya masih harus ketemu orang, baru setelah itu saya
menyusul ke Bandung. Saya bikinin kopi aja..ya..bu” kata saya sambil tetap
berjalan ke dapur.
“Ooooo...saya pikir, mas Rais nungguin
saya...hi..hi..hi..!!” entah becanda atau sungguh-sungguh, kata-kata
terakhir itu mengejutkan hati saya. Selain cerewet dan ceplas ceplos, ibu ¾
baya ini ternyata genit juga. Pantesan suaminya dua.
Mau
nggak mau, kata-kata itu mengganggu pikiran saya saat sedang membuatkan kopi
untuk budhe Asih. “Beneran atau becanda..ya?? Masa wanita berumur itu masih
berpikiran begitu..??” Tau-tau saya sudah tenggelam dalam khayalan tentang
budhe Asih. Kalo dilihat dari kulit wajahnya, sepertinya kulit tubuhnya
berwarna putih, ukuran dadanya pasti minimal 38C, trus pantatnya pasti besar,
trusss... “Hayooo...mas Rais lagi mikrin saya..ya..??” tau-tau suara
budhe Asih terdengar di belakang saya. Saya terkejut dan menoleh ke arah suara
itu. Terlihat dia sudah berdiri di depan pintu dapur saya sambil
tersenyum-senyum menggoda dan...baju atau jaket lengan panjangnya sudah tidak
dipakai lagi. Ternyata baju kaos yang digunakan, sangat ketat. Payudaranya yang
besar itu, tercetak jelas di lekuk-lekuk kaos yang dipakainya. Yang sempat
membuat saya kagum, walaupun berbadan agak besar, tetapi perutnya tidak
terlihat buncit/besar untuk ukuran wanita seusia dia. Melihat sosok seperti
itu, mau nggak mau Mr.P saya langsung berdenyut-denyut.
“Buat kopinya lamaa
banget, mas.??? Makanya kalo buat kopi, jangan mikirin yang nggak-nggak..!!
Ntar kopinya keburu dingin...mas!!. Sini saya bantuin..!!” tanpa menunggu
persetujuan saya dia berjalan mendekati saya dan saya sempat menyaksikan, dada
wanita ini teguncang-guncang setiap kali dia melangkah. Karena terkejut, saya
hanya bisa terdiam dan membiarkan dia mengerjakan pekerjaan saya itu.
Budhe
Asih hanya menggeser gelas kopi yang berada di depan saya, dan mulai membuat
kopi sambil berdiri di samping saya. Tinggi tubuhnya kira-kira sebahu saya.
Pada posisi itu, saya dapat melihat dengan jelas tonjolan dada budhe Asih. .
Saya berusaha kuat untuk menahan gejolak birahi saya, tapi Mr.P saya yang sudah
tidak bisa saya kendalikan. Dengan gagah perkasanya, Mr.P saya mulai bangun dan
mengeras sehingga celana boxer saya terlihat maju di bagian depan. Dan saya
yakin 100%, budhe Asih pasti melihat perubahan itu, tetapi dia tetap saja
mengaduk gelas kopi di depannya. Bahkan kayaknya, dia sengaja memperlambat
adukan kopinya.
Dan tiba-tiba dia berhenti mengaduk dan berpaling pada saya dan
tersenyum “Mas Rais.. mau pegang tetek saya..ya?? Ayo..mas, nggak usah
malu-malu..” katanya sambil mengambil tangan saya dan diletakkan di
dadanya. Saya sangat kaget dan tidak melakukan apa-apa terhadap daging empuk
yang sudah berada di dalam gengaman saya.
“Ayo..massss, tetek
ku..diremas-remas...doong..!!” suara budhe Asih menyadarkan saya dari
keterkejutan. Dan saya mulai meremas.
“Aaahhhh...terus
massss... Enaaaakkk...mas..!!” budhe Asih mulai mendesah. Dan seluruh
kesadaran saya telah kembali. Segera saya serbu bibirnya dengan ciuman penuh
nafsu. Budhe Asih juga tidak mau ketinggalan menyambut bibir saya dengan penuh
nafsu juga. Sambil berciuman, tangan saya sibuk meremas-remas tonjolan bukit
kembarnya. Tidak hanya puas meremas-remas, tangan saya dengan lincahnya menarik
kaos ketatnya ke atas dan berusaha melepaskannya. Ketika tangannya terangkat
dan kepala Budhe Asih sudah terlepas dari lubang kaosnya sudah keluar dari,
terpampanglah dua bukit kembarnya yang masih tertutupi BH yang sudah agak
kusam. BH tersebut sepertinya kekecilan untuk menampung payudara Budhe Asih,
sehingga payudaranya seperti mau tumpah.
Dan yang membuat saya nyaris melompat
kegirangan...kedua ketiaknya ditumbuhi bulu-bulu hitam yang panjang-panjang dan
sangat lebat. Mungkin hanya bulu-bulu ketiak Iyem yang mampu menandingi
kelebatan bulu ketiak budhe Asih ini. Sengaja saya biarkan, kaos tersebut tetap
pada tempatnya dan tidak saya lepas, agar supaya posisi lengan budhe Asih tetap
terangkat sehingga saya dengan leluasa bisa menciumi kedua ketiaknya yang
sangat mengundang birahi saya itu.
Saya
lalu mencium dan menjilati ketiaknya. Aroma dan rasa kegemaran saya, kembali
saya cium dan rasakan. Sambil mencium dan menjilati berulang mulai dari ketiak
kiri, kemudian bibir, terus ke ketiak kanan, kembali ke bibir dan diteruskan ke
ketiak kiri lagi, rok panjang yang di gunakan budhe Asih saya pelorotkan ke
bawah. Ternyata dia menggunakan semacam pants ketat selutut seperti celana
senam di dalamnya.
“Ahhh...geliiii..sayang..!! Jangan keteknya aja
dong...masss!! Tetek aku juga dong di isep...!!! Hmmmmmppp..” Bibirnya
kembali saya lumat dan kaos yang belum terlepas itu, akhirnya saya lepas.
Begitu tangannya terbebas dari kaos, budhe Asih segera meraih Mr.P saya. Mr.P
saya yang sudah mengeras di remas-remas dari luar celana boxer. Sayapun tidak
mau tinggal diam, sambil mulut saya tidak melepaskan bibir dan lidahnya, tangan
saya bergerak kebelakang untuk melepaskan BH yang masih terpasang. Dengan
sekali tarikan, BH kusam itu terlepas dan jatuh ke lantai dapur saya. Dan kedua
bukit kembarnya seperti melompat keluar. Walaupun sudah agak kendor, tapi saya
yakin, bentuknya sangat mengundang birahi setiap laki-laki yang melihatnya,
Putingnya berwarna kecoklatan dan sangat besar. Sangat kontras dengan kulit
tubuhnya, yang sesuai dengan khayalan saya berwarna putih.
Ciuman
dan jilatan saya arahkan ke dua bukit kembar itu. Puting kecokatan itu saya
isap dengan kasar.
“Ahhhh....enak,,mas...!! Di isep yang kuat..massss..!!!”
budhe Asih mendesah sambil menekan kepala saya dengan kuatnya.
“Aaaahhhh....naaahhh....begitu..mas,,,,
ahhh..enaaaakkk...masss...!!! di gigit..masss..!! Dua-dua...nyaaaa....
Ahhhh.... ahhh...shhh..!! Naaahhh... begituu...masss..!!! Di merahin..aja
masss...!! Ayo...masss..!!” tidak berhenti mulut wanita ini mengeluarkan
suara. Tekanan pada kepala saya semakin menguat, sehingga saya nyaris tidak
bisa bernapas karena hidung saya tertutupi daging empuk payudara milik budhe Asih.
Tangan budhe Asih sangat lincah. Bergantian kedua tangan itu, sibuk menekan
kepala saya dan kemudian meremas Mr.P saya, bahkan sekarang sudah menyelusup ke
dalam celana boxer saya dan sibuk meremas dan mengocok dengan kasar Mr.P saya.
Dan sepertinya budhe Asih juga tidak puas hanya menyelusup saja, akhirnya
celana boxer saya di pelorotkan juga ke bawah dan Mr.P saya segera melompat
keluar dan di sambut dengan remasan-remasan dan kocokan-kocokan cepat.
Tiba-tiba dia mendorong kepala saya dan kepalanya bergerak ke bawah.
Dengan
posisi menunduk, dia mulai mengerjai Mr.P saya. Mulut dan lidahnya bermain
dengan lincah di seluruh bagian Mr. P saya.
“Ahhh...ahhh...enak..bu..!!!
Yaaaaa....terusss...bu..!!” gantian saya yang mendesah menikmati ciuman,
jilatan, isapan budhe Asih di Mr.P saya. Mungkin karena kecapekan menunduk,
budhe Asih kemudian berjongkok di depan saya. Sambil tetap menjilati dan
mengulum Mr.P saya, dia berkata “Hmmmp...kontol mas Rais...enak banget...!!!
Pantesan mbak Ida..tergila-gila...!! Hmmmppp...!! Pasti baru gituan sama mbak
Ida..yaa mass” masih cerewet juga wanita ini, walaupun Mr.P saya sudah
berada dalam mulutnya dia tetap becoleteh.
“Shhhh...ahhh..Kok...tau..bu..?
hhhhh...!! Ngisapnya..enak banget...bu.!!” saya masih sempat bertanya.
“Hmmmp...enak
banget...nih.. kontol mu mass..!! Aku...nafsu banget..!!” dia tidak
menjawab pertanyaaan saya karena sedang asik sendiri dengan Mr.P saya. Terlihat
pemandangan yang sangat menggairahkan saat dia mengerjai Mr.P saya. matanya
terpejam, kepalanya maju mundur dan lidahnya terlihat menyelip keluar di antara
sela-sela bibir yang sedang mengulum Mr.P saya.
Kemudian
dia mengganti posisi jongkoknya dengan posisi berlutut dan mulai menggarap Mr.P
saya menggunakan kedua payudaranya yang besar dan empuk itu. Putingnya di
gesek-gesekkan ke kepala Mr.P saya sambil dia terus mendesah-desah dengan suara
yang keras
“Hhhhh.... enaaak..mas..?? Ayooo....massss... kontolmu aku tetek in,,,nih....!!
Ayo...sayang...!! ibu nenenin..ya..?? shhhhhh.....” Rasanya geli banget,
lubang pipis saya digesek-gesek sama putingnya yang besar dan sudah keras itu.
Mungkin dia lagi mengkhayal, kalo lubang pipis itu adalah mulut seorang bayi
yang sedang disusui. Puas dengan menggesek-gesekkan puttingnya ke lubang pipis
saya, Mr.P saya kemudian dijepit di antara dua payudaranya yang besar itu
sambil kedua tangannya menekan kedua bukit itu. Terlihat dari atas, kepala Mr.P
saya timbul tengelam di antara belahan dada wanita ini, seirama goyangan tubuh
budhe Asih yang turun naik. Daging empuk itu juga menggesek-gesek pangkal paha
dan daerah selangkangan saya. Rasanya sangat nikmat.
“Shhh...aku tauuu..mas
Rais pasti abis gituan sama mbak Idaaa...hhhhh, soalnya...jembut mas Rais abis
di potong..kan..?? ssshhhh..aduh enaaak..bangggetttt...masss..geiiiiii..!!!”
Oooo...itu rupanya, kenapa dia tau saya habis bercinta dengan isteri saya,
Wah...isteri saya pasti cerita-cerita ke budhe Asih tentang kebiasaan kami. Dan
rupanya tidak hanya saya menikmati, gesekan payudara budhe Asih di pangkal paha
dan selangkangan saya, dia juga sangat menikmatinya setiap sentuhan daerah
selangkangan saya yang baru saja ditumbuhi bulu-bulu pendek dengan kulit
payudaranya yang mulus itu.
Budhe
Asih, ternyata sangat lihai melakukan permainan birahi seperti ini. Mungkin dia
sering menonton blue film. Masih mengeluarkan desahan-desahan membangkitkan
birahi dan masih bergerak turun naik, tau-tau dia menundukkan kepalanya.
Dan...wow..setiap kali kepala Mr.P saya muncul dipermukaan, langsung disambut
dengan lidahnya yang dengan lincah menjilati kepala Mr.P saya. Rasanya
sangat-sangat nikmat, sampai akhirnya saya merasa sudah akan memuntahkan sperma
birahi saya.
“Aaaah...enaaakk..banget..bu!! Terusss...buuu..!!! Aku sudah
mau keluuuuaaaarrrr...!!!” saya memberitahukan kepada budhe Asih, kalo saya
sudah mau orgasme. Tau-tau...dia berhenti bergerak dan meremas Mr.P saya.
“Eiiit...nanti
dulu...sayang..!! Permainan...baru aja mau di mulai..!! Tidak boleh..keluar
dulu...ya..sayang!! Di tahaaaan...dong!! Sabaaaarrrr....!!!” katanya sambil
meremas batang kemaluan saya untuk mencegah aliran sperma yang sedang begerak
keluar.
“Gimanaaa..sayang..?? Sudah masuk lagi..pejunya..??” dia
bertanya tanpa mengendurkan cengkramannya. Saya hanya bisa mengangguk dan baru
setelah melihat anggukan saya, dia melepaskan tangannya dari Mr.P saya.
Kemudian dia mengumpulkan pakaian-pakaian yang berserakan di lantai dapur,
berdiri dan berjalan ke dalam sambil berkata “Pindah ke dalam
aja..yuk..mas.??” Bagaikan kerbau dicocok hidungnya, saya mengikuti budhe Asih
dari belakang menuju ke ruang tengah, sambil memperhatikan dari belakang, tubuh
subur di depan saya yang hanya mengenakan short selutut ketat , berjalan lenggak
lenggok.
Sesampainya
di ruang tengah, budhe Asih langsung menuju sofa single dan langsung melepaskan
short pants selututnya sehingga sekarang tubuhnya telah bugil. Kemudian dia
duduk, dan meletakkan kedua kakinya di kedua sandaran tangan sofa tersebut.
Maka terpampanglah dengan jelas apa yang berada di tengah-tengah
selangkangannya. Wow...vaginanya sangat besar dan montok. Warna bibir dan
klitorisnya yang besar itu, agak kehitaman dan mengkilap karena sudah basah
oleh cairan kenikmatan. Kemudian tangan kanannya mulai mengosok-gosok daerah
kewanitaannya itu dan tangan kirinya memanggil-manggil saya.
“Ayooo...masss...siniii.
Aku udah nggak tahaaan...lagiii,!! Puasin... aku...yaaa...sayangg...! Aku sudah
pasraaaahhh....!! Terserah....mas mau ngapain..aja!!... Ayoooooo...masss..!!”
dia mengundang saya untuk segera melakukan sesuatu memenuhi nafsu birahinya
yang mungkin sudah sampai ke ubun-ubun. Segera saya lepaskan kaos saya,
sehingga saya juga sudah bertelanjang bulat dan berlutut di depan tubuh wanita
itu.
Bau
keringat dan selangkangan yang lembab segera tercium begitu saya mulai
mendekatkan wajah saya ke lubang surgawi budhe Asih. Terlihat dengan jelas, dia
sangat merawat daerah kewanitaannya dengan baik. Vaginanya yang gundul itu,
ternyata baru saja selesai di cukur habis. Bekas-bekas rambut masih tampak
seperti titik-titik hitam tersebar hampir di seluruh bagian selangkangannya.
Awalnya saya agak kecewa melihat vaginanya yang gundul, karena saya sangat
menggemari vagina yang ditumbuhi bulu-bulu yang lebat seperti milik Iyem. Tapi
setelah tau, kalo ternyata kemaluan budhe Asih, sebenarnya berbulu lebat,
tetapi saat ini kebetulan baru saja selesai dicukur habis, nafsu saya bangkit
lagi. Apalagi dari dekat, terlihat klitoris yang agak kehitaman dan berukuran
besar, terjuntai menunggu jilatan saya ditambah bau vagina yang sangat
merangsang, tanpa ragu saya benamkan wajah saya ke daerah kewanitaan milik
terapist isteri saya itu.
“Ahhhhhh.....iyaaaa...masss,
begituuuu...sayang..!! Teruuussss.....! Oooohhhhh......! Enaaak...mas!!
Dijilaaat..yang kerasss...masss!! Ohhh...ohhh...shhhhh... teruuusss..mass!!”
budhe Asih terus meracau dengan suara yang keras. Dan saya benar-benar memnuhi
permintaaannnya dengan penuh nafsu. Klitoris dan dinding luar kemaluan budhe Asih
saya jilati dengan rakus. Sekali-sekali klitorisnya yang besar itu saya gigit
dengan gemas.
“Auwww.... kamu hebaaaattt...masss..!! Digigit yang
kerasss....!! Aku nafsu...bangeeetttt...kalo kletitku..digituiinnn..sayang!!
Ayoooo...teruuussss..mas!!” Desahan yang lebih mirip teriak-teriakan
meluncur terus dari mulutnya. Klitoris kehitaman yang besar itu, saya isap-isap
seperti menyedot minuman dingin. Klitoris itu keluar masuk mulut saya seperti
mengulum permen lolipop. Tubuh budhe Asih mengejang setiap saya mengisap
klitorisnya.
“Massss...Raisssss..!!” teriaknya setiap kali tubuhnya
mengejang. Cairan birahi yang berbau sangat menggiurkan terus mengalir dari
dalam liang surgawi budhe Asih, membasahi hampir seluruh muka saya. Selain vagina,
ternyata lubang anus miliknya juga sangat menantang. Dikelilingi oleh bibir
yang keriput, terlihat lubang itu bedenyut-denyut, seakan memanggil birahi saya
untuk segera menggarapnya. Tanpa menunggu lebih lama, serangan lidah dan mulut
saya, saya arahkan ke lubang anus itu.
Kedua
tangan saya kemudian menekan kaki budhe Asih, yang sudah mengangkang dan
diletakkan di sandaran tangan sofa, agar supaya, pinggulnya semakin terangkat
dan terbuka. Dan..tampaklah dengan jelas, lubang anus incaran saya.
“Auwww...mas
Rais mau ngapain..???” tanya budhe Asih.
“Lubang pantatnya..aku
jilatin..ya..bu..??” jawab saya sambil tersenyum. Dia kaget dan berusaha
mencegah saya.
“Ihhhh...mas Rais....!!! Kan.... jorok..sayang..??
Udah..nggaak...usaaaaaahhhh...!!”. Tapi, nafsu saya untuk merasakan lubang
anus wanita ini sudah tidak terbendung dan dicegah. Saya langsung menyerbu
lubang itu. Saya ciumi, saya jilati, saya kulum tanpa rasa jijik. Bahkan lidah
saya, sempat saya paksakan untuk memasuki lubang tersebut. Bau dan rasanya,
entah mengapa, saat itu, sangat nikmat sehingga saya tetap saja bernafsu untuk
terus menjilati daan memasukkan lidah saya ke dalamnya. Budhe Asih
berteriak-teriak nikmat
“Auuuwww....geliiiii...mas!!
Aaahhhh...enak,,sayang,,!!! Baru kali ini...itu saya di jilaaatttt...!!! Mas
emang hebaaatttt...!! Shhhh....auuwww... teruuusss..mass..!!” Sampai
akhirnya...”Udaaaahhh...masss... Aku sudah nggak kuat..lagiiii...cepat
masukkin k*****l kamu ke memekkuuuu...!! Ayo...masss....!!
Udahh...yaa..sayang..!!! Ngejilatinnya...udaaahhh...dong...!!” kata dia
sambil mendorong tubuh saya dan menarik pantatnya menjauh.
Saya
segera menghentikan serangan, dan berdiri di hadapannya siap-siap untuk
melakukan penetrasi ke lubang surgawinya. Mr.P yang sudah siap tempur saya
arahkan ke selangkangan budhe Asih yang sudah terbuka dan siap menerima
kedatangan sang pejantan. Tiba-tiba...”Sebentar..ya,,mas..!! Ada yang
lupaa...! Hi..hi.hi..!!” dia menahan tubuh saya dan berusaha berdiri.
“Ada..apa..bu..!!
Katanya..tadi sudah..kepengeenn..?? Kok...aku di suruh setop..??” kata saya
memprotes.
“Sabaaaarrr...ya. sayang, cuman sebentar aja,,kok!!” katanya.
kemudian dia berdiri dengan susah payah dan mengambil sesuatu dari dalam
tasnya. Ternyata sebuah botol kecil, berisi cairan berwarna merah bening
seperti sirop.
“Sini..mas, kontol mu dioles ini dulu,
biar...tokcerr...hi..hi..hi” dia menyuruh saya untuk mendekat. Masih
diliputi kebingungan, saya pasrah saja mengikuti kemauannya. Budhe Asih
kemudian membasahi ujung jarinya dengan cairan itu dan mengoles di bagian bawah
Mr.P saya yang sudah mulai tertidur. Hanya satu kali oles. Terasa agak dingin,
selebihnya saya tidak merasakan apa-apa.
“Apaan..tuh bu!! Kok..nggak ada
rasanya sama sekali..??” tanya saya.
“Mauuu..tauuu...aja...!! Pokoknya...mas
Rais tenang aja..Nanti baru mas rasain kehebatan obat buatanku!!” kata dia
penuh rahasia.
“Sini..coba aku periksa..!!!” dia menyuruh saya untuk
mendekat. Mr.P saya diperiksanya dengan hati-hati terutama di tempat olesan
“obat” itu. Kemudian budhe Asih mencium-cium seperti sedang membaui sesuatu di
Mr.P. Dan akhirnya
“Yaaa..udah meresap. Udah bisa di...hmmmp” tau-tau
Mr.P saya dimasukkan ke dalam mulutnya dan dia mulai mengisap dengan ganasnya.
Hanya beberapa sedotan Mr.P saya kembali mengeras seperti kayu dan siap untuk
bertempur. “Mass, posisinya kayak tadi...ya..??” kata budhe Asih sambil
kembali ke sofa dan mengatur posisi terletangnya.
“Pemanasan
lagii..bu??” saya menawari foreplay kepada dia. Soalnya saya belum puas
menjilati lubang anusnya.
“Ahhhh...ngggakk..usah...sayang.!! langsung
masukkin aja kontol mu ke memekku..... Udah gatellll..banget..nih. pengen
cepet-cepet digarukin sama kontol muuu....!! Ayooooo...sayaaaang...!!
Buruaaannn...ya..!!” kata dia menolak tawaran saya. Tanpa menunggu waktu
lebih lama lagi, kembali Mr.P yang sudah siap tempur saya arahkan ke
selangkangan budhe Asih yang sudah terbuka dan siap menerima kedatangan sang
pejantan. Dan tanpa banyak kesulitan, Mr.P segera membenam ke dalam liang
kenikatan yang hangat dan sudah sangat licin itu.
“Aaaahhhhh....enaaakkk
banget kontol mu masss. Sampe mentookk...sayang..!!! Shhhhh.....hebat
kamu..mass!!” Walaupun ukuran Mr.P saya, cukup lumayan, tapi untuk lubang
vagina wanita usia 50-an yang berbadan besar ini, Mr.P saya tidak mengalami
kesulitan untuk bergerak karena selain ukuran vaginanya yang besar dan montok,
liang kenikmatan milik budhe Asih sudah sangat licin oleh cairan birahi, yang
tidak henti-hentinya mengalir. Diiringi dengan teriakan-teriakan kecil dari
mulut budhe Asih, Mr.P saya bergerak keluar masuk, membongkar liang vagina
miliknya yang berkedut-kedut dan hangat, seakan-akan mengurut-ngurut Mr.P saya.
“Aaaahhhhh....enaaakkk banget kontol mu masss. Shhhhh.....hebat kamu..mass!!
Memekku rasanya nikmaaat...banget..mas!! Aduuuhhh... shhhhh..!!! Pantesan mbak
Ida sayang banget samaaaa..kamu..sayang..!! Aku jugaaaa...mas, sayaaang banget
sama..kamuuuu..!!! Terusss...masss..” Mulut cerewetnya tak henti-hentinya
mendesah dan desahan itu semakin membangkitkan birahii saya...!!
Semakin
lama, gerakan pinggul saya semakin saya percepat temponya. Sampai pada
akhirnya...tiba-tiba..budhe Asih hanya mengeluarkan suara “Hhhhh...hhhh..
.hhhh...shhhh!!!” sambil mengerakkan pinggulnya turun naik dengan kencang dan
kasar. Tak lama kemudian..
”Aaaaarrrrgggghhh..... aku..nyampeeeee...masss..!!!”
pinggulnya diangkat tinggi-tinggi dan kedua tanganya menarik pinggul dengan
keras, sehingga Mr.P saya terbenam sampai ke pangkalnya. Kedua matanya terlihat
mendelik ke atas sehingga hampir saja hanya menyisakan warna putih. Bibir
bagian bawahnya digigit dan napasnya tertahan di kerongkongan. Posisi ini
dipertahankannya sampai kurang lebih 1 menit, setelah itu, pinggul itu bergetar
sekali-sekali beberapa kali seraya mulutnya mengeluarkan “Heeeehhhh..!!”
pada setiap getaran pinggul dan kemudian dia ambruk kelelahan di sofa. Mr.P
saya masih berada di dalam liang kenikmatanya, sambil menyalurkan nikmatnya
dinding kemaluan wanita ini berkontraksi beberapa kali, ke seluruh saraf saya.
Rasanya amat sangat menggairahkan dan nikmat.
Saya
pikir, dengan orgasme yang dasyat seperti itu, budhe Asih akan beristirahat
lama, ternyata dugaan saya salah. Hanya kira-kira 2 menit dia terdiam sambil
menutup mata, tau-tau matanya terbuka lagi dan mulutnya tersenyum penuh arti.
“Gantian...mas...
kamu di bawah yaaa..?? Aku mo di atas sekarang..!!” katanya. Dan tanpa
menunggu persetujuan dari saya dia bangkit dari duduknya sehingga mau nggak mau
Mr.P segera terlepas dari sarang nikmatnya. Saya pun gantian dalam posisi
duduk. Tapi kali ini, saya berpindah ke sofa yang panjang. Mr.P saya mengacung
ke atas dengan gagah perkasanya. Seluruh bagiannya tampak mengkilat karena
diselimuti oleh cairan birahi dan cairan kenikmatan milik budhe Asih. Budhe Asih
mulai mengambil posisi di pangkuan saya, tetapi tubuhnya menghadap ke saya. Dan
perlahan-lahan menurunkan pantatnya dan vagina besar itu langsung menelan Mr.P
saya hingga tak bersisa. Rasa hangat kembali dirasakan oleh Mr.P saya. Tapi
kemudian badannya tidak bergerak turun naik. hanya berdiam diri saja. Tampaknya
memang, dia tidak melakukan apa-apa, tapi ternyata dia lagi konsentrasi untuk
melakukan gerakan empot ayam di liang kewanitaannya. Wow..rasanya nikmat sekali
saat Mr.P saya diurut-urut oleh otot-otot di sekeliling liang vaginanya.
“Gimanaaa..mass..??
Empot ayam ku...enak nggak..??” dia bertanya sambil tersenyum. Saya hanya
bisa tersenyum dan menggangguk karena sedang menikmati rasa yang amat sangat
nikmat di Mr.P saya.
“Mas
Raisss...tetek aku diisap mass..!! Pentilnya digigit...masss!! Di
merahin...aja..mass..!!!!” dia memohon agar saya kembali menggarap kedua
bukit surgawinya. dan segera saya lakukan. Kedua pentilnya saya gigit dan saya
sedot kuat-kuat
”Naahhh...!! Begituu..sayang.! Teruuusssss...sayang.!!
Manaaaa....kok belum dimerahin...sih..!!” Saya mulai menyedot bagian lain
dari payudaranya kuat-kuat sehingga bekas sedotan saya itu meninggalkan bekas
cupang yang berwarna merah. Sangat kontras dengan warna kulitnya 'Yaaa...masss..!!
Kamu pintar banget nyupang...sayaaang..!! Bikin yang banyak cupangannya...!!
Semuanya..ajaaa...masss di merahin..!! Hhhhh. nikmat banget..mas” Rupanya
dia sangat menikmati dicupang dan saya pun mulai memenuhi permintaanya.
Akibatnya, birahinya kembali menuju puncak. Gerakan empot ayamnya terhenti,
diganti gerakan pantatnya turun naik. Mulai dari perlahan-lahan, makin cepat,
semakin cepat dan sangat cepat. Desahannya juga semakin tidak karuan
“Ahh...ahhh...ahhh....enaaak..mass..!!
Aku...sayang kamu massss..!!! Mass Raissss..enaaakkk...mass!!! Hhhhh...
shhhh....” dan makin lama-lama cuma “Hhhhh...Hhhhh...Hhhhhh...”
berulang-ulang sampai kira-kira sepuluh menit dia bergoyang turun naik..
Daannn..kembali kepala saya di tarik dengan kasar ke dadanya, rambut saya
dijambak “Ayoooo..masss, aku mo nyampeee lagi...! Gigit pentil
kuuu....masss!! yang kerasssss....!!!” sambil dia membusungkan dadanya dan
kepala saya diarahkan ke dada kanannya. Begitu saya gigit pentilnya dengan
gemasss...kembali dia berteriak dengan kata-kata yang hampir mirip dengan
kata-kata pada saat Orgasmenya yang pertama tadi.....
“Aaaaarrrrgggghhh.....aku..nyampeeeee
lagiiiiiiii...masss..!!!” dan sama persis seperti orgasmenya yang pertama,
gerakan pinggulnya terhenti tapi kali ini dalam posisi menekan ke bawah. Kedua
matanya terlihat mendelik ke atas seperti tadi, demikian juga dengan bibir
bagian bawahnya juga digigitnya dan napasnya tertahan di kerongkongan. Posisi
ini dipertahankannya sedikit lebih lama dibandingkan dengan Big O nya yang
pertama tapi setelah itu kembali sama yaitu pinggulnya bergetar sekali-sekali
sebanyak beberapa kali seraya mulutnya mengeluarkan “Heeeehhhh..!!” pada
setiap getaran pinggul dan kemudian dia ambruk kelelahan ke atas tubuh saya.
Tidak beberapa lama, matanya terbuka dan dia
tersenyum kepada saya “Masss....kontolmu emang enaaakk..banget..!! Aku sampe
2 kali nyampenya...!! Benar-benar beruntung mbak Ida dapetin mas Rais jadi
suaminya..!!” katanya.
“Ahhh...bu Asih bisa aja..” kata saya sambil
tersenyum. Ada perasaan bangga bisa menaklukkan perempuan berpengalaman seperti
budhe Asih ini.
“Ah..mas Rais nggak usah merendah gituu..!! Tapi beneer..lho
sayang,, kontolmu itu emang enaaak..banget rasanya..!! Mau lagi di mulut..atau
lagi di m****k, rasanya enaaakk terusss..!! Aku pikir mbak Ida bohong waktu dia
cerita tentang kehebatan kontol mas Rais.. Ternyata mbak Ida nggak bohong..!!”
Oh..no..isteriku kok cerita-cerita soal pribadi kayak itu ke orang lain..sih??
Oh..iya posisi kami belum berubah, dia masih duduk dipangkuan saya dan Mr.P
saya masih berada di liang surgawinya. Tau-tau..”Eh..maaf mas, sampe
lupa..!! Kelamaan mangku aku bisa sesak napas..lho..sayang..!!” dia
kemudian berdiri dan berpindah posisi di samping saya.
Setelah
itu, kami hanya duduk terdiam. Budhe Asih memejamkan matanya, seakan-akan masih
sedang menikmati sensasi dari permainan birahi yang baru saja selesai kami
mainkan. Demikan juga dengan saya, masih terasa empot ayam budhe Asih di
seluruh permukaan Mr.P saya. tapi di antara rasa nikmat yang masih saya rasakan
itu, tiba-tiba saya baru sadar dan bertanya-tanya dalam hati
“Kok...dari
tadi Mr.P saya tetap tegang ya..?? Kok...sperma saya tidak mau keluar..ya?
Padahal rasa nikmat persetubuhan tetap saya rasakan. Jepitan dinding liang
surgawi budhe Asih tetap bisa saya rasakan. Kenikmatan empot ayam wanita ini
juga bisa saya nikmati. Apalagi getaran-getaran pada saat dia orgasme, sangat
nikmat rasanya. Tapi..kok..cuman gitu aja. Kok..saya nggak orgasme juga..?? Ada
apa..ini??” Tau-tau
“Aku tauuu...mas Rais lagi bingung...ya..?? Pasti
mas Rais lagi bingung kok nggak keluar...ya..??? Ayooo...ngakuuu..!!” suara
cerewetnya mengagetkan saya dan matanya nakal seperti menyimpan sesuatu rahasia
“Iya..sih..bu!! Saya bingung..nih!! Kenapa..ya..??” akhirnya keluar juga
isi hati saya. “Ituuuu...karena iniiii..!! Ramuan peninggalan nenek aku.
Kan,,tadi sudah aku olesin ke kontol mas Rais. makanya bisa begini..!!”
kata budhe Asih sambil memperlihatkan botol kecil berisi cairan merah miliknya,
yang sempat dioleskan ke Mr.P saya tadi. Oooo...itu penyebabnya. Hebat juga
ramuan sakti itu, bisa bikin laki-laki tahan lama tanpa menghilangkan rasa
nikmat yang diterima. Baru sadar saya.
“Gimana..sayang..??
Enak..kan..?? Tapi, biasanya, suami-suami saya cuman bisa sampe 2 ronde. Jadi
pas aku nyampe yang kedua, mereka juga nyampe.. Beda dengan mas Rais, aku udah
2 kali nyampe, mas Rais belum nyampe juga...!! Padahal aku kan sudah tua gini,
nyampenya susaaahhh..banget..lho!! Makanya..tadi aku ngomong, kalo kontol mas
Rais itu enaaak banget..! Hi..hi..hi” dia nyerocos menerangkan kehebatan
ramuan peninggalan neneknya.
“Trusss...nasib aku gimana..dong..bu..??”
saya melontarkan pertanyaan sekaligus ajakan untuk menuntaskan birahi saya yang
belum terpenuhi.
“Hi..hi...hi..mas Rais masih kepengen lagi ya ngerasain memekaku..??”
dia tertawa menggoda saya.
“Tenang..mas..!! Waktu kita masih panjang...!!
Mas Rais ketemu temannya baru malam..kan..??” dia berkata masih dengan nada
menggoda.
“Tapi..ini masih berdiri..bu..!! Kasihan kan..bu.??” kata saya
bercanda sambil menunjuk Mr.P saya yang masih berdiri.
“Hi..hi..hi..iya..yah
kasihan adekmu..mas..!! Ya..udah, sekarang aku ngikut aja apa maunya
kamu..sayang..!!” katanya. Saya hampir saja melompat kegirangan mendengar
ajakan itu.
“Kalo
gitu, ibu pindah duduknya dong..! ke sofa yang itu..” kata saya sambil
menunjuk ke rah sofa tempat pertarungan pertama. Sofanya single seater dengan
armrest. Budhe Asih segera beranjak dari sofa panjang sambil tersenyum-senyum
genit kemudian duduk di sofa yang telah ditentukan. Begitu duduk, kedua kakinya
langsung di angkat dan di letakkan di kedua arm rest, persis seperti posisi
awal tadi. Kedua tangannya langsung digunakan untuk membuka pintu surgawinya,
seakan-akan menantang birahi saya. Klitoris yang besar dan kehitaman itu
terlihat mengacung dan masih mengkilat diselimuti cairan kenikmatannya.
“Ayooo..mas..
Tunggu apa lagi...?? Memekaku sudah nggak sabar dimasukkin kontol mu yang
enaaakk..itu..sayaang..!! Shhhh...ayoooo...sayaang..!!” suaranya budhe Asih
mendayu-dayu memohon.
Segera
saya menghampirinya dan berlutut di depannya. Tapi Mr.P saya tidak saya arahkan
ke selangkangannnya dan kedua kakinya saya turunkan dari tempatnya. Saya punya
rencana sendiri.
“Sabaaarr..dong..bu..!! Katanya terserah sayaaa...”
kata saya sambil mengelus-ngelus kedua bukit kembarnya.
“Emangnya...aku mo
diapain..mas..??” dia bertanya. Saya hanya tersenyum-senyum saja, sambil
mulai mendekatkan wajah saya ke mukanya dan segera melumat bibirnya.
“Hmmmppp...massss...,
hmmmp....aduhhhh...., hmmmp...ganas banget...mas!!” walaupun mulutnya
berada di dalam lumatan mulut saya, dia tetap berbicara. Bibir tebal, walaupun
tidak setebal bibir Iyem itu, saya lumat sekuat-kuatnya. Lidah saya juga
berusaha menyelusup ke dalam mulutnya untuk mencari lidahnya. Sambutan yang
tidak kalah ganasnya juga dilakukan oleh lidahnya. Lidah kami saling menjilat,
saling bergumul.
“Hmmmppp....masss....kamu pintarrrr.... hmmmm.. nyiumnya...
sayaaang..!!” Sambil ciuman, kedua tangan saya menggarap kedua bukit
kembarnya. Kedua payudara yang besar itu, saya peras-peras dengan kasar. Selain
itu, kedua putingnya saya cubit dan pelintir dengan gemass dan penuh nafsu.
Setelah puas dengan melumat bibirnya, kedua tangannya saya angkat, sehingga
kedua ketiak berbulu lebat dan payudara milik budhe Asih terpampang dengan
bebas.
”Auwww...mas Rais mo ngapain..?? Auwww...geliiii...mass...!! Kok, mas
seneng banget ketek aku sih..?? kan bau asemm..sayang?? Auuwww...masss...kok di
jilaaattt..??? Geliii...masss..!! Hhhhh.. enak..masss..!! Terusss...mas..!!”
budhe Asih berteriak nikmat, saat dengan rakusnya, saya cium dan jilati ketiak
berbulu lebat itu, kiri dan kanan berganti-ganti. Sensasi bau tubuh dan
keringat wanita ini, mengingatkan saya kepada pembantuku si Iyem, sehingga
semakin membangkitkan gairah birahi saya.
“Sayang...tetek..aku,
juga di kerjain...dong..!! Jangan hanya keteek aku ajaa..!! Ayo...dong
masss..!!” dia hanya bisa memohon karena kedua tangannya sedang terangkat.
Walupun belum puas menikmati aroma dan rasa ketiak budhe Asih yang sangat
membuat saya bernafsu, ciuman dan jilatan saya arahkan ke kedua puting besar
kecoklatan milik budhe Asih. Puting itu saya sedot sekuat-kuatnya dan saya
gigit dengan gemas.
“Auwww....!! Naaahh...begitu dong..sayaaaang!!
Terussss....massss, digigit yang kerassss sayang..!!! Auwww...ya..ya.. kayak
gituuuu...!! Aduuuuhhh...enaaaak...bangeeett..!!” dia berteriak-teriak
setiap kali puting kecoklatan miliknya saya sedot dan gigit. “Ayooo...mas,
dimerahin lagiiii..sayang..!! Kayak tadi..yaaaa..???” dia kembali memohon
agar saya mencupang payudaranya walupun sebenarnya payudara putih itu sudah
hampir penuh dengan bekas cupangan saya. Saya terpaksa harus memilih daerah
belum terkena cupang.
“Ohh..mass...enaaak..mas..!!! teruus sayang....jangan
berhenti...masss....merahin tetek ku sayaaaang”. tapi setelah melakukan
beberapa cupangan, serangan saya hentikan.
Kemudian
saya mulai melanjutkan perjalanan mulut saya ke bawah, ke arah selangkangan
budhe Asih, melewati perut yang walaupun terdapat lemak di beberapa bagiannya,
ukuran perut itu tidak buncit atau besar. Seluruh bagiannya saya cium dan
jilati dengan penuh nafsu, Keringat budhe Asih yang terasa asin, sudah tidak
saya perdulikan lagi. Udelnya pun saya sempat jilat dan kulum.
“Ih...geliiii..mass..!!
Aduuuhh...mas...tadi ketek...auwww...geliii, sekarang udel aku...di jilat..!!
Auwww... mass..udah dooong..!! Memekaku aja mas yang dijilatin....
udah..kangennn...tuh..! Jilat..memekaku aja masss..!! Nggaakkkk...kuaat...aku!!”
dia mendorong kepala saya ke bawah dan saya hanya mengikuti, karena selain
karena dorongan tangan budhe Asih, bau lembab yang merangsang dari selangkangan
milik wanita ini sudah tercium dan bau seperti itu sangat mengudang dan
membangkitkan birahi saya.
Budhe
Asih segera menaikkan kakinya kembali ke sandaran tangan sofa, sehingga
vaginanya yang besar dan montok itu kembali terpampang dengan bebas. Begitu
sampai di tujuan, multa dan hidung saya segera saya benamkan ke selangkangan
wanita ini. Pantatnya sempat terangkat karena terkejut atas serangan saya. Saya
mulai menjilati dengan rakus belahan surgawi itu. Benar-benar nikmat bau dan
rasanya. Kembali dengan rakus, seperti tidak pernah ada puasnya, saya menjilat
dan menelan semua cairan yang tak henti-hentinya keluar dari dalam liang
vaginannya. Klitorisnya pun saya isap-isap dengan penuh nafsu, Setiap kali saya
hisap klitoris besar dan kehitaman itu, budhe Asih mengeluarkan
teriakan-teriakan nikmat
“Auwww....mass Rais.., terusss..mass. !! Klentitku...diisap
yang kerassss... sayaaang..!! Digigit..juga... nggaakk...apaa..sayang!!
Auwww...yaaa..kayak gitu...sayang..!! Aduh...betulll... sayang!!” setiap
kali gigitan gemas saya lakukan, dia berteriak senang. Hampir 10 menit lamanya,
saya bermain dengan belahan surgawi milik budhe Asih itu, dan tidak ada
tanda-tanda dia akan orgasme. Sehingga pola serangan saya ubah. Sekarang
giliran lubang anus..nya yang saya jadikan sasaran tembak.
Kembali
kedua tangan saya menekan kaki budhe Asih agar supaya, pinggulnya semakin
terangkat dan terbuka. Dan..tampaklah dengan jelas, lubang anus miliknya yang
tadi belum puas saya kerjai. Budhe Asih sepertinya teringat akan apa yang akan
terjadi kemudian dan berteriak dengan suara menggoda
“Auwww...mas Rais pasti
mau ngejilatin lubang pantat..saya..lagi..yaa?? Emangnya..rasanya apa..sih
mas..!!” Saya berhenti dan bertanya “Emangnya kenapa..bu?? Ibu..nggak
senang ya..lubang pantatnya saya jilat..kayak giniii..!!” sambil berbicara
saya mencontohkan maksud perkataan dengan menjilat lubang anus budhe Asih.
“Auwww...geliii...sayang..!!
Nakal..ya..kamu!!“ dia pura-pura melotot ke saya. “Ayo..bu..emangnya..kenapa
aku nggak boleh jilatin kayak giniii..!!” kembali saya jilat lubang
anusnya, bahkan kali ini disertai tekanan sehingga sebagian ujung lidah saya
menerobos masuk ke dalam lubang yang dikelilingi daging keriput itu.
“Auwww...geliiii..!!
Tapi..enaaak...sayang..!! Ya..udah..terserah mas Rais aja..!!” kata budhe Asih
pasrah. Bahkan kedua tangannya digunakan membantu saya dengan membuka dan
menahan kedua gundukan pantatnya ke samping, sehingga lubang anusnya
benar-benar terbebas.
Saya
langsung menyerbu lubang itu. Saya ciumi, saya jilati, saya kulum tanpa rasa
jijik persis seperti sebelumnya. Lidah saya juga tidak lupa saya masukkan ke
dalam lubang itu. Seperti sudah saya ungkapkan, bau dan rasa dari anus wanita
ini, entah mengapa, sangat nikmat sehingga saya tetap saja bernafsu untuk terus
menjilati daan memasukkan lidah saya ke dalamnya. Budhe Asih berteriak-teriak
nikmat
“Aaahhhh...enak,,sayang,,!!! Geliiii....sayaaang..!!
Hebaaat..kamu..masss...!! Shhhh....auuwww...teruuuussss..mass..!!” Tidak
hanya menjilati, karena kedua tangan saya sudah terbebas, maka saya
menusuk-nusuk lubang itu dengan telunjuk saya “Auwww...masss...geliiiii
mass..!!! Terus sayaaaang, lubang pantatku di garuukkkkin...ya...!!” jari
telunjuk saya jilati untuk merasakan rasa dari anus budhe Asih kemudian saya
masukkkan lagi sampai seluruhnya tenggelam. Begitu terus berulang-ulang. Tusuk,
obok-obok, cabut, jilat trus tusuk lagiii Sampai akhirnya...
”Masss... Aku
sudah nggak kuat..lagiiii... !! Aku udah mau nyampe sayaaaang...!!
Aku...nyampeee...lagiii..mass!! Masss...!!!”. segera kocokan jari saya ke
lubang anus budhe Asih saya percepat, dan mulut saya, saya benamkan ke
vaginanya, menyambut cairan kenikmatan yang akan segera tumpah, sambil terus
saya hisap dan jilat celah yang sangat lembab itu. Dannnn “Masssss
Raissssss.....!!!” pinggulnya terangkat tinggi dan kedua tangannya
menjambak rambutku dengan dan menekan kepalaku ke arah selangkangannya. Dan
terasa ada aliran cairan dari dalam vaginanya yang segera saya lahap dengan
rakus. Rasanya sangat nikmat. Selain itu saya rasakan, klentit besarnya
mengeras. Dan kemudian seperti yang sudah-sudah, setelah terdiam beberapa saat,
pinggul itu bergetar beberapa kali. Dan disetiap getaran itu, aliran cairan
surgawi yang keluar seperti di semprotkan. Selesai getaran terakhir, berakhir
pula semprotan dari dalam liang kemaluannya. Tapi kali ini saya tidak
memberikan waktu istirahat kepada wanita yang memang sepertinya haus sex ini...
Segera
saya berdiri, dan mengarahkan ke selangkangan budhe Asih yang masih tergolek
dengan mata terpejam dan posisi mengangkang. Dan hanya dengan satu gerakan
maju, Mr.p saya langsung menembus liang kenikmatan milik wanita ¾ baya ini. Dia
terkejut dan matanya langsung mendelik seperti orang yang sedang keselek.
“Auwww...mas
Raisss....!! Aku udah nggak sanggup...mass!! Badanku rasanya mau remuukkk...!!
Sabaaarrr...dong sayaaaang..!!!” dia memohon agar saya menghentikan tusukan
saya. Tetapi saya tetap memaju mundurkan pantat saya.
“Ohhhh....mass..!!
Auw...masss...!! Aku..capek..bangeet,,mas..!! Aahhhh...mass..!!
Shhhh....masss..!! Sayang...shhhh..!! Ahhhh...masss....!! Oh...kontol mu
enaaakk...bangeeet sayang..!!! Shhhh...yaaa...terusss sayaaang..!!
Hhhhh...hebaaatttt....kamu..masss..!!” akhirnya saya berhasil membangkitkan
lagi birahi sang terapist ini. Pantatnya mulai begoyang mengimbangi permainan
saya. Otot-otot kewanitaaannya mulai aktif bekerja, mengurut-ngurut Mr.P saya.
Rasanya nikmat sekali. Sambil mendengarkan teriakan dan desahan yang keluar
dari mulut budhe Asih, Mr.P saya juga diurut-urut oleh otot-otot kewanitaannya.
Tak terasa hampir 15 menit saya dan bu Asih mendaki menuju puncak kenikmatan
bersama-sama. tapi sepertinya belum ada tanda-tanda akan berakhir. Dan saya
teringat akan lubang anus yang menggairahkan itu. Dan tanpa memberitahukan
terlebih dahulu ke budhe Asih, saya hentikan goyangan saya dan mencabut Mr.P
saya dari vagina budhe Asih.
Budhe
Asih terlihat kaget “Kenapa..sayang..?? Kok di cabut sayang..??” tanya
dia.
“Aku masukin di lubang pantat..ya..bu..??” kata saya sambil
mengarahkan dengan cepat Mr.P saya ke lubang anus budhe Asih dan segera
menekan.
“Auwwww....masss...kamu mo ngapain..!!” dia bertanya tapi sudah
terlambat. Kepala Mr.P saya sudah berada seluruhnya di dalam lubang anusnya.
Walaupun sempit, tetapi lubang anus budhe Asih sudah licin oleh cairan ludah
saya ditambah dengan Mr.P saya juga sudah licin karena sudah di selimuti cairan
kenikmatan milik budhe Asih, akibatnya Mr.P saya dengan mudah menerobos masuk.
“Kok..dimasukin ke situ masss..!! Jangaaan...masss!!! Kotorrr...!!
Aaaahhhh....massss...kok malah ditekan... sayang???” pada saat di sedang
protes, malah saya tekan lebih dalam lagi Mr.P saya. Saya tersenyum saja
“Kenapa..bu,
nggak mau dimasukin lubang pantatnya..ya..?? Ya..udaah..saya cabuut lagi..deh!!”
kata saya sambil menarik perlahan-lahan Mr.P.
“Ahhhhhh.....geliii...mass.
Auwww....enaaak...sayaaaang!! Terusssinnn aja...sayang..!!!” lagi-lagi dia
akhirnya mengalah dengan rasa nikmat permainan ini yang dia rasakan.
“Lho..katanya..joroook..,
kok sekarang bilang enaaakk...?? Jorook apa ennaaak..?? Jorok apa enaaakk..??”
saya bercanda sambil memajukan pantat saya sehingga Mr.P saya kembali terbenam
ke dalam lubang anusnya pada saat saya ngomong “jorok” dan kemudian
memundurkan pantat saya sehingga Mr.P saya tertarik keluar saat saya ngomong “enak”.
Pertama-tama dia hanya tertawa-tawa sambil meringis “Hi..hi..hi, mas Rais
bisa aja becanda dalam nimaaaaat..!! Auwww..Enaaaak...sayaaang...!!
Enaaaakkkk..!!” lama kelamaaan kembali teriakan-teriakan nafsu keluar dari
mulutnya
“Aduuuuhh..mass, kontol mu emang enaaaak...sayaaaaang! Ini lagi di
dalam pantat juga rasanya..enaaakk!! Ayo sayaaang...!! Terusss..sayaaang..!!
Ooohhhh...mbak Ida emang pintar pilih suamiiiii...!!! Aduuuhhh.......
sayaaaang..terus sayaaangg...! Yaaaa... tetekku terus di isep...sayaaang..!!
Pentilnya...mass!! Digigit aja..!!!” Mulut dan tangan saya tidak tinggal
diam. Sasarannya adalah payudara besar milik budhe Asih yang sudah dipenuhi
dengan cupangan. Putingnya kembali saya sedot dan gigit dengan. gemas.
Sekali-kali mulut saya pindah ke ketiaknya yang berbulu sangat lebat itu.
Dilain waktu, bibirnya saya lumat.
Rasanya
saya sudah mau mencapai puncak. Jepitan lubang anus budhe Asih ke Mr.P saya
juga semakin kencang. Gerakan maju mundur pantat saya juga semakin cepat.
“Ayo
sayaang...!! Teruss..sayaaang..!! Auww..Enaaak...sayaang..!!
.Enaaakkkk..Masss..!!. Aku sudah nggak kuat..lagiiii... !! Aku udah mau nyampe
sayaaaang...!! Aku...mau nyampeee...lagiii..mass!! Masss...!!!” Demikian
juga dengan saya. Saya rasakan desakan yang maha hebat dari dalam tubuh saya.
Dan ketika saya rasakan, waktunya sudah dekat, segera saya tarik keluar Mr.P
dari lubang anus budhe Asih dan segera saya benamkan ke dalam liang kenikmatan
yang asli dan segera mempercepat gerakan pinggul saya. Semakin cepaaatt..sampai
pada akhirnya “Aaaaarrrrrghhh...!!!” saya benar-benar berteriak saat
Mr.P menyemprotkan sperma yang banyak sekali ke liang kenikmatan budhe Asih.
Saya sedot dan gigit payudaranya kecang-kencang...dan dengan waktu yang hampir
bersamaan..
”Maaaasssss......Raiiiiisssss...!!
Akuuuu....nyammmpeeee...juggaaaaa...!! Aaaaahhhhhh...!!!” budhe Asih juga
mendapatkan orgasmenya yang ke sekian kali. Saya hanya sanggup menekan dengan
kuat Mr.P saya ke dalam vagina budhe Asih yang diimbangi dengan desakan pinggul
budhe Asih yang terangkat ke atas kemudian bersama-sama kami ambruk berdua.
Tubuh subur itu, tertindih tubuhku. dan tubuh kami terdiam, hanya pinggul kami
yang masih begetar menuntaskan pencapaian puncak kenikmatan yang baru saja kai
dapatkan secara bersama-sama. Benar-benar pengalaman orgasme yang menakjubkan
yang tidak mungkin saya lupakan seumur hidup saya. Sangat....sangat...,
ahhh...saya tidak tau lagi harus bilang apa.
Entah
berapa lama kami tidak bisa menggerakkan tubuh kami karena kelelahan. Hanya ciuman
lembut dan saling menjilat lidah yang bisa kami lakukan kemudian. Mr.P saya pun
masih berada di dalam liang vagina budhe Asih. Sampai pada akhirnya..”Mas
Rais,, gantian aku yang susah bernapas..nih!!” budhe Asih menyadarkan saya
untuk segera bangun dari tubuhnya. Dengan susah payah saya angkat tubuh saya.
Saya harus membantu kaki saya dengan menumpukan tangan saya ke sandaran tangan
sofa tempat pergumulan kami. Dan begitu tubuh saya mampu berdiri, Mr.P saya
segera terlepas dari vagina budhe Asih. Dan cairan sperma bercampur dengan
cairan kenikmatan miliknya segera meluap keluar. Dan apa..yang dilakukan budhe Asih..??
Segera dia menampung cairan yang mengalir itu di tangannya dan kemudian
tangannya dijilat sampai bersih. Lalu tangan itu kembali ke arah selangkangan,
dan disapukan ke seluruh bagian selangkangan, mencari lelehan cairan yang
tersisa dan menjilatnya kembali sampai bersih. Tidak hanya itu, setelah dia
rasakan selangkangannnya sudah bersih, dia segera menarik tubuh saya, yang masih
berdiri di depannya sambil melihat kegiatan yang dilakukannya, dan menjilati
seluruh permukaan Mr.P saya sampai bersih. Bahkan Mr.P saya masih dimasukkan ke
dalam mulutnya dan disedot dengan kuat dengan harapan masih ada sperma yang
tersisa di saluran sperma saya.
Setelah
itu dia melepaskan Mr.P saya dari cengkraman mulutnya dan mengarahkan ke pintu
surgawinya lagi sambil berkata “ Dimasukin lagi ya , mass....??” sambil
dia menarik pantat saya untuk maju sehingga Mr.P saya segera menerjang masuk
lagi ke dalam liang vaginanya. Begitu seluruh Mr.P saya terbenam di dalam
vagina besaar itu, segera dia mendorong tubuh saya sambil berkata “Sekarang
dicopot..ya..sayang..!!” Segera setelah Mr.P saya terbebas, tampak Mr.P
saya kembali mengkilat di selimuti sperma dan cairan kenikmatan. Dan kembali
dia dengan rakusnya menjilati Mr.P saya sampai bersih. Kemudian kembali dia
mengulangi hal tersebut beberapa kali sampai seluruh cairan yang masih tersisa
di dalam liang kemaluannya bersih. “Obaaat..awet..muda..nih..mas Rais..!!”
katanya sambil tersenyum. Ah..ada-ada aja budhe Asih..ini kata saya dalam hati.
Tidak
terasa, sudah lebih dari tiga jam saya dan budhe Asih melakukan permainan
birahi ini. Seluruh persendian saya lemas. Segera saya menjatuhkan tubuh saya
ke atas sofa panjang. Meletakkan kepala saya di atas paha mulus milik budhe Asih
yang sudah lebih dahulu duduk di sofa itu. Saya melirik jam dinding sudah
menunjukkan jam 2 siang. Saya mulai berhitung waktu. Saya janji sama client
saya sekitar jam 7 malam. Sepertinya saya harus berangkat sekitar jam 6 sore
ini. Untuk mempersiapkan materi pertemuan yang sudah berhasil saya selesaikan
tadi malam dan mempersiapkan diri saya kira-kira butuh waktu satu jam. Jadi
saya masih punya waktu 3 jam sampai jam 5 untuk bermain-main dengan budhe Asih.
“Ah..masih ada waktu sebentar untuk beristirahat” pikir saya. Saya putar kepala
saya menghadap ke tubuhnya. Aroma tubuh budhe Asih yang mengairahkan tercium di
hidung saya. Kedua bukit kembarnya menempel di pipi saya. Tangan saya
mengelus-ngelus tubuh mulus milik budhe Asih dan tanpa bisa saya cegah...saya
tertidur di pangkuan wanita haus sex ini.
Dalam
tidur, saya bermimpi bersetubuh dengan Iyem dan budhe Asih bersama-sama. Tampak
adegan saya sedang menjilati vagina Iyem yang berbulu, sementara Mr.P saya
sedang di isap dengan ganas oleh budhe Asih. Kemudian berganti dengan adegan,
saya sedang memasukkan Mr,P saya ke lubang pantat budhe Asih dengan posisi
dogie style, sementara Iyem berada di bawah tubuh subur itu, dengan posisi 69,
sehingga budhe Asih bisa menjilati vagina berbulu kasar milik Iyem sedangkan
Iyem juga sibuk menjilati vagina milik budhe Asih kemudian berpindah ke Mr.P
saya yang sedang keluar masuk lubang anus budhe Asih. Sedang asik-asik
bercinta, tiba-tiba pintu kamar terbuka dan isteri saya berdiri dengan sebilah
golok di tangannya dan berjalan menuju kami, tanpa berkata apa langsung
mengayunkan golok itu ke arah saya dannn....saya terbangun. Masih bertelanjang
bulat dan Mr.P saya sedang tegak berdiri. Sendirian, di sofa panjang di ruang
keluarga. Budhe Asih sudah tidak ada. Saya melirik jam dinding, sudah jam 4
sore. Ahhh..saya tertidur lelap hampir 2 jam dan tidak mengetahui kepergian
budhe Asih.
Setelah
menenangkan hati saya dan mengembalikan kesadaran saya, saya berdiri dan
berjalan ke belakang untuk mengambil handuk. Melewati dapur dan melihat gelas
kopi milik budhe Asih sudah berada di rak gelas. Sudah bersih. Saat berjalan
menuju ke kamar mandi yang letaknya di dalam kamar tidur saya, saya melihat di
atas meja kecil di ruang keluarga ada botol kecil berisi Ramuan Ajaib milik
budhe Asih, di letakkan di atas selembar kertas putih yang terlipat. Saya ambil
botol itu dan membaca tulisan tangan yang ada di dalam lipatan kertas putih itu
“INI UNTUK MAS RAIS YANG HEBAT. AKU SAYANG KAMU..MAS” Saya hanya bisa
tersenyum dan bergerak ke kamar tidur saya untuk mandi.
Kepingin ni?
BalasHapusThanks gan infonya, saya MWB. tema uc browser
BalasHapusjadi pengen
BalasHapusMantap
BalasHapusNice artikel
BalasHapusKunjungi juga ya blog kami lilymassagebandung.com
Nice artikel
BalasHapusKunjungi juga ya blog kami lilymassagebandung.com
canlı sex hattı
BalasHapusheets
https://cfimi.com/
salt likit
salt likit
V8B8QX
ardahan
BalasHapusartvin
aydın
bağcılar
balıkesir
BTH