pemuda penjual susu


Akhirnya Budhe Sundari membiarkan pemuda itu menyedot puting buah dadanya dan sedotan pemuda itu membuat bulu kuduk Budhe Sundari berdiri. Budhe Sundari mengeluh, enak sekali, rasanya seperti ditarik2 puting susunya. AKhirnya Budhe Sundari kembali memaksa pemuda itu dan pemuda itu kali ini membiarkan kepalanya terjepit diselangkangan Budhe Sundari.
Pemuda itu merasa mual tapi kedua paha Budhe Sundari menjepit kepalanya dan pemuda itu merasa kemaluan Budhe Sundari mendesak2 wajahnya dan hidungnya terasa basah. Budhe Sundari mengerang hebat, ia menggesek2kan kemaluannya diwajah pemuda itu dan Budhe Sundari merasa nikmat bukan main. Budhe Sundari bisa merasakan hembusan panas dari napas pemuda itu diliang vaginanya. Budhe Sundari menggeliat dan bergeser sambil terus menahan kepala pemuda itu diselangkangannya dan akhirnya Budhe Sundari terduduk diwajah pemuda itu.



Ini kisah si Budhe Sundari, seorang janda yang sudah malang melintang di Jakarta selama belasan tahun. Budhe Sundari seorang wanita cukup cantik atau bisalah dikatakan manis. Usianya sudah 48 tahun namun wajahnya memancarkan daya tarik seksual bagi setiap yang memandangnya. Kulitnya bersih mulus, berwarna sawo muda dan wajahnya juga halus tanpa jerawat atau luka. Awalnya ia terdampar di Jakarta 15 tahun yang lalu dan menjadi pelacur disalah satu tempat kost selama 10 tahun, akhirnya ia memasrahkan diri untuk mencari pekerjaan baik-baik, tapi karena tidak punya keahlian maka ia hanya bisa membuka warung kecil di rumah kontrakannya.

Tubuh Budhe Sundari akan membuat setiap laki-laki melotot dan menjulurkan lidah berdesah-desah dengan air liur menetes. Sejak ia membuka warung dan mengontrak rumah sendiri maka ia merubah penampilannya, ia selalu memakai sarung dan baju brokat, menurutnya dengan setelan seperti itu maka para lelaki tidak akan tertarik lagi, tapi apa daya dengan pakaian seperti itulah daya tarik seksual Budhe Sundari makin mencuat, sehingga kebanyakan pelanggan warungnya adalah kaum laki-laki apalagi warung Budhe Sundari adalah di daerah preman. Semua pelanggannya selalu menggoda dan mencuri pandang ke dada dan bokong Budhe Sundari yang begitu bahenol. Rambutnya selalu digelung, tapi kadang terlepas jatuh dan setiap laki-laki akan melongo memandang kecantikan magis yang dipancarkan wajahnya, setiap lelaki akan merasa kemaluannya segera bergerak dan berdenyut. Buah dadanya besar sekali, padahal ia sudah berusaha menekan dengan bra 36B nya tapi tidak menolong, malah mencuat tidak karuan dan membuatnya seperti bola. Memang tubuh Budhe Sundari agak gemuk diusianya yg ke 48 tapi semuanya terlihat pas dan seksi, bokongnya membusung tajam kebelakang dan menungging hebat, membuat setiap laki laki berusaha minum obat pusing karena tak tahan membendung nafsu binatang mereka.

Sore itu Budhe Sundari baru selesai mengepel dan menyapu pekarangan, menyiram taman dan membereskan dapur, wajahnya penuh keringat yang mengucur dan tubuhnya memancarkan bau yang akan membuat setiap lelaki memuncak birahinya, bau tubuh Budhe Sundari khas dan sangat merangsang, mungkin karena Budhe Sundari tidak pernah lupa minum jamu gendong setiap pagi. Budhe Sundari berjalan menuju kamarnya dibelakang, ia melewati Sarmin, tetangga sebelah yang pekerjaanya menjadi sopir truk. Sarmin melotot dan menelan ludah, matanya seakan terlepas melihat lenggokan bokong Budhe Sundari dan hidungnya berusaha mencium lebih banyak bau tubuh Budhe Sundari yang bertebaran diudara, Sarmin menjadi pening, matanya memerah dan ia menahan sakit diselangkangannya karena tiba2 saya perkututnya mengekan sayap hendak berdiri. Budhe Sundari melaluinya dan Sarmin meremas pantat wanita itu dari belakang, Budhe Sundari menjerit lirih dan membalikkan tubuhnya sambil melotot, Sarmin makin terangsang melihat wajah dan buah dada Budhe Sundari yang seperti gunung merapi.

"Sialan! Anjing! Bangsat! Brengsek!" Desis Budhe Sundari sambil menendang Sarmin. Sarmin menyeringai sambil mengelus tulang keringnya. Binatang2 masih berkeliaran dari mulut Budhe Sundari.
"Gitu aja kok, galak amat sih" Sarmin menggerundel.
"Emangnya aku apaan?! Dasar anjing sialan!" 

Budhe Sundari masih melepaskan kebun binatangnya dari mulut, Sarmin tidak berani lebih jauh, ia sudah berkeluarga dan Budhe Sundari tahu itu. Ia hanya membayangkan bagaimana rasanya menyiksa janda itu supaya bisa bersikap lebih beradab. Budhe Sundari masuk kedalam kamarnya dan membanting pintu.

Didalam kamar Budhe Sundari memandang cermin, ia sadar tubuhnya begitu sintal dan montok, begitu merangsang, ia sadar dirinya memancarkan pesona seksual bagi laki laki, dan itu sudah berlangsung semenjak ia menjadi pelacur. Ia bangga ia dapat melepaskan dirinya dari titel itu. Pelacur? Ah itu masa2 sulit, masa pengobanan perasaan, masa2 ia harus merelakan buah dadanya diremas dan direjang dengan kasar, masa dimana bokongnya menjadi santapan tangan dan kemaluan banyak laki2 dan masa2 itu membuatnya banyak uang dan sekarang masa2 itu berkilasan dalam benaknya, jantungnya berdebar, keringatnya makin banyak keluar, mengapa sampai sekarang ia tak dapat membendung perasaan liar yang bergejolak dalam dirinya? Mengapa sampai sekarang ia selalu dihantui oleh perasaan ingin ditiduri, ingin disetubuhi oleh laki2, benaknya melayang waktu kemaluannya diperebutkan banyak laki2, mereka semuanya berebut ingin menciumnya, ingin merasakan kelembutan vaginanya dan mereka semua tanpa merasa jijik membersihkan liang vaginanya dengan lidah mereka, dan masa itu adalah masa yang indah untuk saat kini. Budhe Sundari terperangah ketika menatap kembali di cermin dan ia melihat kancing2 kebayanya telah lepas dan buah dadanya tergantung sebelah keluar dari bh-nya, seperti pepaya dan besar sekali, membulat dengan puting yang keras dan besar kehitaman, tangannya memilin2 puting itu dan meremas2 buah dadanya sendiri, ia terperangah bagaimana sampai buah dadanya bisa keluar dan tangannya meremas2? Budhe Sundari takut, Budhe Sundari gemetar menahan gelombang nafsu melandanya, ia mengangkat sarungnya dan memasukkan tangannya kedalam celana dalamnya, jari2nya menyentuh bibir vaginanya dan ia memasukkan jarinya kedalam liang vaginanya, basah.....banjir....dan jari2nya licin. Ia mengeluarkan jari2nya dan memandang cairan lendir kental bening keputihan yang melumuri jari tangannya. Ia memainkan lendir itu, ia menciumnya...mmmhhhh.....baunya tetap akan membuat setiap pria berebut mencicipinya. 

Pelan2 ia memandang cermin dan melihat jari2nya telah masuk kedalam mulutnya, ia menjilat lendir itu dan merasakannya, ia menghisap jari2nya dan memutuskan rasa lendir itu nikmat sekali, agak asin dan baunya sungguh membuatnya memasukkan kembali tangannya kedalam celana dalamnya. Sarung Budhe Sundari terangkat sehingga tam pahanya yang kecoklatan mulus bukan main, selangkangannya yang bersih dan bulu2 kemaluannya menyebar berebut keluar dari celah2 celana dalamnya, Budhe Sundari bangga dengan bulu kemaluannya yang lebat bahkan ia bangga dengan bulu ketiaknya yang lebat juga dan memngeluarkan bau yang sangat khas serta merangsang. Ia tersenyum membayangkan dulu banyak laki-laki langgananya yang tergila2 menciumi ketiaknya dan menciumi seluruh bagian tubuhnya sebelum mulai menyetubuhinya dan sekarang Budhe Sundari menggigit bibir menahan kenikmatan melanda dirinya, hanya dengan mengenang saja telah membuatnya orgasme....Budhe Sundari memang sedang dilanda nafsu birahi. Budhe Sundari memang sangat mudah terangsang akhir2 ini dan kemaluannya sangat mudah banjir serta membuatnya gemetar menahan kenikmatan.

Sekarang Budhe Sundari berdiri didepan cermin dalam keadaan hampir telanjang, hanya mengenakan celana dalam dan bh saja. Buah dadanya menggantung sebelah dan Jumintem meringis melihat kemontokan buah dadanya, ia membelainya dan meremas lembut, ia sangat sayang dengan buah dadanya dan Budhe Sundari selalu merawat dengan baik. Budhe Sundari melepaskan bhnya, maka jatuhlah buah dada sebelah lagi, Budhe Sundari bergoyang sedikit dan melihat buah dadanya bergeletar sangat merangsang. Pelan2 Budhe Sundari menurunkan celana dalamnya, lalu ia memperhatikan celana dalam itu. Budhe Sundari berdebar melihat cairan lendir begitu banyak menempel disana, ia merabanya dan merasakan kelicinannya, Budhe Sundari mendesah dan mencium bagian yang menutupi kemaluannya, ia mendesah lagi menikmati bau yang tercium olehnya, sungguh harum sekali baginya, lidah Budhe Sundari mulai menyapu lendir bening keputihan tersebut dan ia merasakan cairan itu masih hangat dan licin, lidahnya merasakan keasinan lendir itu. Budhe Sundari menjadi kalap, ia menjilati lendir itu dengan rakus, pikirannya membayangkan seorang lelaki sedang membersihkan dan mencuci celana dalamnya dengan mulut dan lidah, Budhe Sundari menggeliat merasakan orgasme kembali. Budhe Sundari buru2 membekap celana dalam itu keselangkangannya dan ia menekan liang vaginanya sehingga cairan yang baru saja keluar dari kemaluannya merembes kedalam celana dalamnya. Budhe Sundari memejamkan mata dan menggigit bibir bawahnya, sekarang Budhe Sundari merasakan cairan hangat merembes dari lubang kecil didalam liang vaginanya, ia merintih pelan sekali sewaktu air seninya menyembur kencang sesaat, dan Budhe Sundari segera menahan keluarnya air seninya dan itu membuat Budhe Sundari menggeleng2 sambil menggigit bibir lebih keras....nikmat sekali menahan air seni yang sedang keluar.

Budhe Sundari melihat celana dalamnya, tangannya merasakan kelembaban benda itu, ia melihat celana dalam warna putih berasnya menguning dan berbau pesing. Budhe Sundari mengendus dan menjilati air seninya sendiri, dan Budhe Sundari bergetar hebat sambil berjongkok dilantai kamarnya, Budhe Sundari kembali merasakan orgasme dan Budhe Sundari membiarkan cairan bening keputihan keluar dari liang vaginanya dan jatuh dilantai kamarnya. Budhe Sundari mengeluh melihat kebawah dan Budhe Sundari terangsang bukan main melihat lendirnya menggantung dari liang vaginanya dan jatuh kelantai, ia teringat air mani yang selalu dikeluarkan dengan cara seperti itu ketika ia masih menjadi pelacur. Dan Budhe Sundari makin tak dapat mengendalikan nafsunya, ia merangkak dan wajahnya mendekati lantai, lidahnya terjulur dan Budhe Sundari mulai menjilati cairan bening keputihan dilantai kamarnya, ia menjilat sampai bersih dan menikmati kehangatan cairan itu dan Budhe Sundari lagi2 bergetar ketika merasakan bau cairan itu dimulutnya, Budhe Sundari tergeletak tak berdaya ketika orgasme kembali melandanya.

Budhe Sundari melangkah kedalam kamar mandi. Tapi tiba2 ia terdiam....Budhe Sundari mendengar suara bel pintu. Sialan! Makinya dalam hati....mau mandi saja sulit bukan main. Budhe Sundari urung masuk dan berjalan menyusuri koridor menuju garasi dan keluar kepekarangan. Budhe Sundari melihat tukang antar susu sedang berdiri sambil menenteng dua botol susu.

"Lain kali datangnya jangan begitu sore dong!" Seru Budhe Sundari dengan ketus, ia masih jengkel dan benar2 sangat tidak nyaman. Tukang susu tersenyum kecut. Ia seorang pemuda yang masih sangat muda, mungkin belum berusia dua puluh dan Budhe Sundari berdebar ketika melihat senyum sang pengantar susu. Pemuda ini boleh juga, pikirnya. Budhe Sundari mendekat.

"Maaf budhe, soalnya supaya tetap fresh" Jawab pemuda itu.
"Fres, fres....sok inggris kamu!" Gerutu Budhe Sundari. 

Sekilas Budhe Sundari melihat sang pemuda menatap dadanya yang tidak memakai kutang, diam2 Budhe Sundari merasa sangat senang. Seorang pemuda saja tidak tahan untuk melirik kearah buah dadanya. Budhe Sundari melotot kearah pemuda itu dan sang pengantar susu mesem2. Lalu ia mengulurkan botl susu pada Budhe Sundari.

"Mulai besok satu botol saja" Kata Budhe Sundari.
"Lho kok?"
"Badanku mulai kegendutan karena kebanyakan minum susu !" Budhe Sundari menjelaskan. Sang pemuda tersenyum lebar.
"Kirain...."
"Kirain apa?!" Bentak Budhe Sundari, pura2 galak. San pemuda masih tersenyum, sekarang senyumnya menggoda.
"Kirain budhe mau produksi susu sendiri" Jawab pemuda itu takut2. Budhe Sundari mendelik.
"Asem kamu! Dasar anak kurang ajar!" Bentak Budhe Sundari.
"Aku ini bukan anak lagi budhe, umurku udah 18 tahun!" Sergah pemuda itu.
"Sudah! Ikut aku kedalam, supaya aku nggak usah keluar lagi buah kembaliin botol" Kata Budhe Sundari. Suaranya melunak, Budhe Sundari sudah bertekad, Budhe Sundari harus mendapatkan kepuasan dari anak ini. Mereka berjalan kedalam.

Budhe Sundari menuang susu kedalam panci lalu memasukkan kedalam lemari es, sang pemuda memperhatikan dari dekat dan diam2 sang pemuda merasa gelisah, ia merasa terangsang oleh Budhe Sundari tapi ia tak berani apa2 karena Budhe Sundari jauh lebih tua darinya. Tiba2 Budhe Sundari memandangnya, tangan wanita itu hinggap diselangkangannya, Budhe Sundari keluar aslinya.

"Katanya kamu sudah besar ya...." Bisik Budhe Sundari, wajah mereka sangat dekat dan sang pemuda bisa mencium bau mulut Budhe Sundari, sebab dari tadi ia belum sempat kumur2.Tapi sang pemuda tidak merasa terganggu karena tubuhnya merasa kejang seketika sewaktu tangan Budhe Sundari menyusup kebalik celananya yang entah bagaimana sudah terporot sampai pahanya, ia melirik kebawah dan wajahnya memerah ketika melihat kemaluannya ada dalam genggaman Budhe Sundari dan sekarang sedang dikocok. Sang pemuda menggeliat2 ngilu dan enak, Budhe Sundari menjulurkan lidahnya dan menjilat bibir pemuda itu. Sang pemuda diam saja.

"Sini kamu, buktikan kalau kamu sudah besar" Bisik Budhe Sundari sambil menarik kemaluan pemuda itu, sang pemuda meringis sambil membiarkan dirinya dituntun masuk kedalam kamar Budhe Sundari. Didalam kamar ia segera duduk diatas ranjangnya, sang pemuda berdiri didepannya, Budhe Sundari dengan cekatan menelanjangi pemuda itu, sang pemuda menolak tapi akhirnya cuma bisa tersipu2 melihat ketelanjangannya. Budhe Sundari memandang kemaluan pemuda itu, tidak sebesar punya sang tuan, tapi sepertinya lebih keras dari sang tuan dan Budhe Sundari terhenyak melihat kemaluan pemuda itu tidak disunat.

"Lho kok nggak sunat kamu?" Tanya Budhe Sundari. Pemuda itu menyeringai.
"Aku kan cina budhe" Jawab pemuda itu.
"Astaga!" Seru Budhe Sundari tertahan. Tapi segera Budhe Sundari merasa lebih tenang, lebih baik lagi, pikirnya. 

Tapi Budhe Sundari segera menarik kulit kemaluan pemuda itu. Berdasarkan pengalamannya, ada cina2 yang tidak disunat dan jarang sekali membersihkan kemaluannya, terutama dibalik lipatan kulit kepala meriam mereka dan pernah Budhe Sundari muntah hebat dihotel ketika sedang mengulum kemaluan salah seorang tamunya dan tiba2 Budhe Sundari disergap bau yang luar biasa. Kejadian itu berakhir sangat jelek, Budhe Sundari muntah sampai perutnya kejang dan sang tamu marah2 hebat, Budhe Sundari diusir karena sang tamu merasa terhina. Seminggu penuh Budhe Sundari terus mual2 dan meludah terus.

Budhe Sundari merasa lega mendapati kemaluan pemuda itu sangat bersih dan tidak berbau, kemaluan yang indah sekali, kemaluan seorang pemuda yang belum berpengalaman. Budhe Sundari mengecup meriam sang pemuda dan sang pemuda terlonjak kaget. Tapi Budhe Sundari sudah mengulum kemaluan itu dan seketika sang pemuda menggeliat2 tidak terkendali. Budhe Sundari menjilat dan mengemut, Budhe Sundari mengocok kemaluan pemuda itu dalam mulutnya, Budhe Sundari mengemut kedua bola ajaib pemuda itu dan sekejap saja kemaluan sang pemuda sudah berlendir, lendir bening yang sangat disukai Budhe Sundari. Budhe Sundari melahapnya. Kali ini Budhe Sundari tidak mau membiarkan pemuda itu sampai kalah duluan, dulu Budhe Sundari sangat pandai dalam hal ini dan sekarang ternyata kepandaian itu masih belum hilang. Sang pemuda merasa pusing karena setiap kali hendak keluar, kemaluannya digigit pelan dan ia akan terlonjak sehingga tidak jadi keluar.

"Gantian ah..." Bisik Budhe Sundari. Ia berdiri lalu memaksa pemuda itu berlutut, pemuda itu mulanya tidak mengerti apa yang hendak dilakukan Budhe Sundari, ia membiarkan dirinya berlutut didepan Budhe Sundari. Kepala pemuda itu ditarik oleh Budhe Sundari lalu didekap kebawah perutnya. Budhe Sundari cepat2 melepaskan setagennya.

"Cium....ciumi tempikku" Desah Budhe Sundari. Pemuda itu tidak mengerti kata Budhe Sundari, tapi ia membiarkan wajahnya terbenam dibagian kemaluan Budhe Sundari, lalu ia merasakan Budhe Sundari menarik sarungnya sampai lepas. Pemuda itu terhenyak melihat keindahan tubuh Budhe Sundari yang hanya mengenakan celana dalam saja. Tangan pemuda itu hendak meraih buah dada Budhe Sundari, tapi wanita itu menepisnya.

"Emut dulu tempikku!" Desis Budhe Sundari.
"Apa? Apa tempik?" Tanya pemuda itu. 

Matanya melotot melihat bulu2 yang berserabutan disela2 celana dalam Budhe Sundari, terutama melihat celana dalam Budhe Sundari yang kekuning2an. Dan samar2 ia mencium bau pesing.

"Tempik itu ini lho! Memek! Dasar..." Budhe Sundari geli juga. 

Budhe Sundari memaksa kepala pemuda itu terbenam kedalam selangkangannya, pemuda itu pasrah dan ia segera merasakan kelembabpan daerah itu. Pemuda itu pening oelh bau kemaluan Budhe Sundari, tapi Budhe Sundari malah merasa kemaluannya berdenyut dan kembali mengeluarkan cairan. Budhe Sundari tak sabar, ia segera melepaskan celana dalamnya, lalu diberikan kepada pemuda itu. Sang pemuda diam tak menerima, Budhe Sundari kesal, rupanya pemuda ini betul2 belum berpengalaman. Ia menjejalkan celana dalamnya kewajah pemuda itu, ia membekap wajah pemuda itu dengan celana dalamnya. Sang pemuda menolak keras.

"Ya sudah kalau kamu nggak mau ya pergi sana!" Seru Budhe Sundari dengan suara tertahan. Dengan sengaja Budhe Sundari memainkan kemaluannya didepan pemuda itu. Budhe Sundari menaikkan sebelah kakinya keatas kepala ranjang dan pemuda itu melotot melihat kemaluan Budhe Sundari menganga lebar menampilkan daging kemerahan dan sangat basah, disekeliling lubang itu berserabutan bulu kemaluan Budhe Sundari yang begitu lebat. Budhe Sundari memasukkan telunjuknya kedalam liang vaginanya dan mengeluarkannya, lalu ia menjilati lendir keputihan ditelunjuknya sambil memandang pemuda itu. Budhe Sundari merasa ia kembali mendapatkan semua keahlian yang pernah dipelajarinya dulu. Pemuda itu melongo. Lalu Budhe Sundari memasukkan lagi jarinya dan mengeluarkannya lalu menyodorkan kepada pemuda itu dan aneh....pemuda itu menjulurkan lidahnya dan menjilati cairan licin dan lengket itu. Tahulah sang pemuda bahwa lendir Budhe Sundari sangat enak sekali dan baunya merangsang sekali, tidak seperti bau celana dalam tadi.

"Mau lagi?" Bisik Budhe Sundari manja. Pemuda itu mengangguk. 
"Ciumin dulu celana dalamku"
"Jangan dong...bau banget!" Akhir pemuda itu menjawab jujur.
"Enaak....ayo. Kalo mau kentu sama aku ya ciumin dulu" Budhe Sundari merajuk. 

Akhirnya sang pemuda mengalah, ia tak sanggup menahan gejolak berahinya lagi, ia ingin sekali merasakan setiap lekuk tubuh Budhe Sundari, ia ingin sekali merasakan pengalaman bersenggama, selama ini ia malu sekali jika harus mengakui bahwa ia cuma pernah bersenggama satu kali saja dan itu dilakukan dengan pacarnya sebelum ke Jakarta. Pemuda itu mengambil celana dalam Budhe Sundari, lalu membawanya kewajahnya, lalu ia mulai membaui benda itu, baunya luar biasa, sang pemuda ingin muntah tapi ia tak berani. Tapi sang pemuda heran juga, lama lama kok baunya jadi enak dan merangsang. Sekarang ia malah menjilati lendir2 licin yang menempel dicelana dalam itu. Budhe Sundari mengeluh melihat pemadangan itu, jarinya keluar masuk diliang vaginanya dan Budhe Sundari orgasme hebat, tubuhnya mengejang dan dari mulutnya keluar suara seperti orang sekarat, Budhe Sundari berkelojotan tak terkendali, Budhe Sundari meregang nyawa, tangannya mencengkram buah dadanya sangat kencang, sang pemuda melongo dan terkejut melihat Budhe Sundari seperti orang sedang menghadapi maut, ia tak pernah melihat wanita orgasme dan ia tak mengerti bagaimana orgasme hebat itu melanda Budhe Sundari. Padahal ia tak melakukan apa2 selain menjilat dan membaui celana dalam janda itu. Tapi sang pemuda tidak dapat mengingkari bahwa berahi yang melandanya begitu hebat sehingga ia rela melakukan apa saja asal bisa meniduri wanita ini. Lagi pula ia merasa makin lama ia makin menyukai bau tubuh janda ini.

Budhe Sundari mendesah tertahan sambil memandang pemuda itu dengan mata sayu. Tangannya menarik pemuda itu dan pemuda itu jatuh dalam pelukannya. Budhe Sundari melumat mulut pemuda itu dan pemuda itu gelagapan membalas sebisa mungkin. Jari2 Budhe Sundari sibuk membuka pakaian pemuda itu dan dalam pemuda itu telah polos didalam pelukan janda itu. Budhe Sundari mendesah, lidahnya menjalar masuk membelit lidah pemuda itu, napas pemuda itu memburu hebat. Budhe Sundari akhirnya memaksa kepala pemuda itu turun keselangkangannya, pemuda itu ingin mencelucupi buah dada Budhe Sundari. Akhirnya Budhe Sundari membiarkan pemuda itu menyedot puting buah dadanya dan sedotan pemuda itu membuat bulu kuduk Budhe Sundari berdiri. Budhe Sundari mengeluh, enak sekali, rasanya seperti ditarik2 puting susunya. AKhirnya Budhe Sundari kembali memaksa pemuda itu dan pemuda itu kali ini membiarkan kepalanya terjepit diselangkangan Budhe Sundari.
Pemuda itu merasa mual tapi kedua paha Budhe Sundari menjepit kepalanya dan pemuda itu merasa kemaluan Budhe Sundari mendesak2 wajahnya dan hidungnya terasa basah. Budhe Sundari mengerang hebat, ia menggesek2kan kemaluannya diwajah pemuda itu dan Budhe Sundari merasa nikmat bukan main. Budhe Sundari bisa merasakan hembusan panas dari napas pemuda itu diliang vaginanya. Budhe Sundari menggeliat dan bergeser sambil terus menahan kepala pemuda itu diselangkangannya dan akhirnya Budhe Sundari terduduk diwajah pemuda itu.

"Jilatin doong...." Rengek Budhe Sundari. Pemuda itu diam, tapi hidungnya terasa basah sekali karena terselip diliang vagina Budhe Sundari dan pemuda itu berusaha bernapas dengan mulut. Ia membiarkan Budhe Sundari menggesek2kan liang kemaluannya dihidungnya. Tiba2 pemuda itu tercekat ketika ia merasakan kemaluannya seperti disedot. Budhe Sundari sedang mengemut kemaluannya, napas pemuda itu memburu hebat, ia merasa kemaluannya seperti dipijat dalam mulut Budhe Sundari, ia merasakan sesuatu yang belum pernah dirasakan sebelumnya bahkan kenikmatan seperti ini belum pernah terlintas dalam benaknya. Pemuda itu hilang akal dan dengan membabi buta ia menyedot kemaluan Budhe Sundari, bibirnya menjepit klitoris Budhe Sundari yang seperti kacang dan ia mengemutnya, Budhe Sundari berkelojotan makin menekan kemaluannya dan Budhe Sundari mengulek2 liang kemaluannya dimulut pemuda itu, Budhe Sundari merasa sesuatu mengalir keluar dari liang vaginanya, sesuatu yang hangat dan pemuda itu terbatuk2. Budhe Sundari kencing! Budhe Sundari tidak kuasa menahan kenikmatan itu dan pemuda itu gelagapan berusaha keluar dari tekanan bokong Budhe Sundari tapi tidak berhasil. Pemuda itu merasakan cairan panas dan asin menyemprot mulut dan wajahnya. Pemuda itu terbatuk dan hidungnya terasa perih kemasukan air kencing Budhe Sundari dan ia mencium bau pesing, pemuda itu gelagapan dan Budhe Sundari makin kalap menekankan liang vaginanya kewajah pemuda itu, Budhe Sundari menggosok2 clitorisnya dihidung pemuda itu dan Budhe Sundari menggigit bibirnya menahan jeritan yang ingin dikeluarkan dan Budhe Sundari kembali mencapai orgasme.

"Budhe...aduh budhe bau pesing nih!" Desis pemuda itu. Mata Budhe Sundari terbalik merasakan kenikmatan orgasme yang membuat perutnya terasa ngilu dan tenggorokannya kering. Budhe Sundari perlahan mengangkat bokongnya dari wajah pemuda itu, Budhe Sundari memandang kebawah dan dilihatnya cairan bening keputihan memanjang membentuk tirai lendir jatuh kemulut pemuda itu, tamnya pemuda itu membuka mulutnya dan menerima cairan itu, lidah pemuda itu mengusap2 bibir kemaluan Budhe Sundari yang memerah seperti bara. Lidah pemuda itu menjalar menggapai2 liang vaginanya dan menjilati klitoris Budhe Sundari. Pemuda itu sudah tenang dan Budhe Sundari kembali menurunkan bokongnya dan membiarkannya menekan wajah pemuda itu dengan kemaluannya. Budhe Sundari mengulek2 kemaluannya agar bisa bergesekan dengan hidung pemuda itu. Budhe Sundari kembali meneruskan emutannya dikemaluan pemuda itu.

"Mmmhhh.....mmmm.....aaakkkhhh" Pemuda itu mengerang ketika Budhe Sundari memainkan lidahnya mengelilingi leher topi baja kemaluannya. Lalu Budhe Sundari mengulumnya dan pemuda itu berkelojotan, pinggul pemuda itu menegang dan terangkat memompa mulut Budhe Sundari dengan irama yang cepat. Budhe Sundari merasakan batang kemaluan pemuda itu memompa mulutnya dan kadang2 Budhe Sundari merasakan cairan asin didalam mulutnya. Budhe Sundari menelan cairan itu dengan lahap. Tiba2 pemuda itu menegang dan mengangkat pinggulnya, Budhe Sundari dengan sigap mengeluarkan kemaluan pemuda itu lalu mengocoknya didepan mulutnya. Budhe Sundari membiarkan tangannya mengocok kemaluan pemuda itu dan mulutnya juga membantu mengulum, kemaluan pemuda itu meledak dan menyemprotkan cairan kental berwarna putih diiringi erangan tertahan. Budhe Sundari melahap cairan itu dengan lidah dan mulutnya, cairan yang hangat dan asin sekali, Budhe Sundari mengecup dan menyedot topi baja pemuda itu serta memompa dengan mulutnya dengan irama yang membuat pemuda itu terhentak2. Budhe Sundari merasakan semprotan air mani yang sangat amat banyak memenuhi rongga mulutnya dan sebagian segera ditelan Budhe Sundari. Budhe Sundari merasakan cairan itu dengan lidahnya, nikmat bukan main. Budhe Sundari terus memompa kemaluan pemuda itu meskipun pemuda itu malah berusaha melepaskannya dari dalam mulut Budhe Sundari. Pemuda itu terjatuh lunglai dan Budhe Sundari mengurut batang kemaluan pemuda itu sampai cairan terakhir keluar, Budhe Sundari mengeluarkan sebagian air mani dalam mulutnya dan memainkannya disekitar kemaluan pemuda itu. Lalu Budhe Sundari menjilatnya kembali.

Budhe Sundari memaksa kaki pemuda itu terangkat lalu lidahnya menjulur mengulum buah zakar pemuda itu, pemuda itu merintih, lidah Budhe Sundari makin gila menyusup kelipatan bokong pemuda itu dan menjilati liang dubur pemuda itu dengan liar, pemuda itu menggeliat2 seperti cacing, ia kegelian dan merasakan bulu tubuhnya meremang hebat tapi jilatan Budhe Sundari diliang duburnya membuatnya seperti mimpi dan rasa aneh menjalar disleuruh tubuhnya membuat meriamnya yang terkulai kembali bangkit dengan perkasa. Tubuh Budhe Sundari masih menekan diatas pemuda itu. Pemuda itu sebenarnya sudah merasa tersiksa sekali, karena wajahnya masih ditekan oleh kemaluan Budhe Sundari walaupun ia sudah berusaha mendapatkan posisi yang membuatnya leluasa bernapas tapi tak urung bau kemaluan Budhe Sundari membuatnya mual, apalagi setelah ia mencapai orgasme. Tapi sekarang setelah kegiatan Budhe Sundari diliang duburnya, ia merasa terangsang kembali.

Kini Budhe Sundari meminta pemuda itu diatas dan pemuda itu menurut. Budhe Sundari berbaring terlentang dan pemuda itu terangsang sekali melihat kemontokan tubuh Budhe Sundari. Buah dadanya yang besar membulat dan menggunung dengan puting merah kehitaman, pemuda itu meremas buah dada Budhe Sundari dengan keras. Budhe Sundari meringis sambil mendelik, tapi ia juga menikmatinya. Lalu tangan Budhe Sundari menarik kemaluan pemuda itu dan menuntunnya mendekali selangkangannya. Perlahan Budhe Sundari mengarahkan meriam pemuda itu ke liang vaginanya. Pemuda itu segera menusuk dan Budhe Sundari mendesah sambil mengigit bibirnya menahan rasa nikmat. Meriam pemuda itu melesak masuk dengan mudah dan Budhe Sundari merasakan kenikmatan yang luar biasa, sudah lama sekali ia tidak merasakannya, merasakan daging kenyal mendesak liang vaginanya, merasakan tusukan kasar yang akan menambah nafsunya dan kini Budhe Sundari merasakannya! Budhe Sundari menggoyang pinggulnya mengikuti pompaan pemuda itu. 

Napas pemuda itu memburu dan pompaannya makin cepat tak terkendali. Budhe Sundari khawatir....dan benar saja! Pemuda itu mengejang dan matanya melotot kearah Budhe Sundari, keringatnya jatuh membasahi dada Budhe Sundari dan Budhe Sundari merasakan semburan diliang vaginanya, cairan hangat dan banyak. Budhe Sundari mendelik kecewa, tapi ia tak sampai hati memarahi pemuda itu. Budhe Sundari malah membantu pemuda itu makin merasakan kenikmatannya, Budhe Sundari menekan bokong pemuda itu dengan tela kakinya dan diulek2nya kemaluan pemuda itu dalam liang vaginanya, Budhe Sundari mengejan dan pemuda itu merasakan sedotan liar liang vagina Budhe Sundari dikemaluannya, pemuda itu mendesah kenikmatan. Budhe Sundari membiarkan pemuda itu jatuh diatas tubuhnya dengan keringat yang sangat banyak. Budhe Sundari dengan halus mendorong pemuda itu. Habis sudah harapannya untuk mendapatkan kenikmatan yang paling dashyat, pemuda ini memang masih terlalu hijau dalam urusan sex, payah! Bisik Budhe Sundari dalam hati.

Malam ini Budhe Sundari tidak dapat tidur. Ia membayangkan kejadian sore tadi dengan pemuda pengantar susu itu. Budhe Sundari tadi sudah mengeluarkan air mani pemuda itu dari liang vaginanya, ia berjongkok selama 15 menit membiarkan air mani yang kental itu mengalir keluar perlahan dari liang kemaluannya. Budhe Sundari tahu itu bukan pencegahan yang baik, tetap saja ada kemungkinan ia hamil. Budhe Sundari gelisah, Budhe Sundari tidak dapat tidur. Ia melirik jam meja dikamarnya. Jam 11 malam, ia memutuskan besok akan kepasar membeli jamu untuk mencegah jangan sampai ia hamil oleh ulah pemuda itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar